Orbital
Molekul Poliena Berkonjugasi
Suatu
poliena borkonjugasi mengandung 4n atau (4n + 2) electron pi, dalam sistem
berkonjugasi dengan n ialah bilangan bulat. Sistem 4n yang paling sederhana
diwakili oleh 1,3 butadiena, dimana n=1. Setiap diena berkonjugasi mengandung orbital
molekul π yang mirip dengan orbital molekul 1,3 butadiena, karena itu 1,3
butadiena dapat digunakan sebagai model bagi semua diena berkonjugasi.
Dalam
1,3 butadiena empat orbital pi digunakan dalam pembentukan molekul π. Dalam
system ini π1 dan π2 adalah orbital bonding dan π3*
dan π4* orbital antibonding. Pada Gambar memaparkan
orbital orbital ini dengan urutan naiknya energi. Perhatikan bahwa orbital
molekul dengan energy tinggi adalah yang mempunyai banyak simpul antar inti
atom.
Dalam
keadaan dasar keempat electron pi 1,3 butadiena berada dalam dua orbital dengan
energi terendah : π1 dan π2. Dalam kasus ini π2
adalah Orbital Molekul Terhuni Tertinggi atau HOMO (Highest Occupied Molecular
Orbital) dan π3* adalah Orbital Molekul Tak Terhuni Terendah
atau LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital). HOMO LUMO dirujuk sebagai
orbital garis depan dan merupakan orbital yang dipergunakan dalam metode
orbital garis depan untuk menganalisa reaksi perisiklik.
Bila
1,3 butadiena menyerap sebuah foton dari panjang gelombang yang sesuai, sebuah
electron dipromosikan dari HOMO ke LUMO yang kemudian menjadi HOMO baru.
Kecuali
etilena (n=0) system (4n+2) tersederhana terwakilkan oleh triena berkonjugasi
(n=1) seperti 1,3 heksatriena. Karena suatu triena mengandung suatu system pi
yang terbentuk dari enam orbital p, maka dihasilkan total enam orbital molekul
π. Orbital orbital ini dipaparkan dalam Gambar. 5, bersama sama dengan diagram
orbital π dari keadaan dasar.
1. Reaksi Sikloadisi
Reaksi
sikloadisi adalah suatu reaksi pada dua molekul tak jenuh yang mengalami suatu
reaksi adisi untuk menghasilkan produk siklik.
Sikloadisi
etilena atau dua alkena sederhana yang disebut sikloadisi (2+2), karena
terlibat dua electron pi + dua electron pi. Reaksi Diels-Adler merupakan contoh
suatu siklo adisi (4+2). Dienanya mengnandung empat electron π. (Elektron pi
karbonil seperti dalam contoh berikut ini tidak termasuk kedalam klasifikasi
nomor dari sikloadisi ini).
Reaksi
adisi merupakan reaksi stereospesifik serempak. Reaksi sikloadisi tertentu
dapat terimbas termal atau terimbas cahaya, tetapi tidak kedua duanya.
a. Sikloadisi (2+2)
Reaksi
sikloadisi tipe (2+2) mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang
gvelombang yang sesuai, tetapi tidak mudah terjadi bila campuran reaksi itu
dipanaskan. Mudah dijelaskan dengan teori orbital garis depan dengan
mengandaikan bahwa electron electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO
molekul lain.
Pada
sikloadisi (2+2) etilena yang menghasilkan siklobutana. Etilen mempunyai dua
orbital π : π1 dan π*2. Dalam keadaan dasar π1 merupakan
orbital bonding dan HOMO, sedangkan π*2 adalah orbital
antibonding dan LUMO.
Dalam
suatu reaksi sikloadisi, HOMO dari molekul pertama harus bertumpang tindih
dengan LUMO dari molekul kedua karena HOMO pada molekul pertama tidak
bertumpang tindih dengan HOMO molekul kedua karena orbital tersebut telah
terisi. Bersamaan dengan menyatunya orbital π orbital orbital ini juga
mengalami hibridisasi menghasilkan ikatan ikatan sigma sp3 baru.
Bila
etilena dipanaskan electron π nya tidak dipromosikan tetapi tetap dalam keadaan
dasar π1. Jika diperiksa fase fase HOMO keadaan dasar dari molekul
etilena dan LUMO dari molekul etilena lain dapat terlihat mengapa siklisasi tidak
terjadi oleh imbasan termal.
Agar
terjadi ikatan fase fase orbital yang bertumpang tindih haruslah sama. Hal ini
tidak demikian dengan HOMO dan LUMO keadaan dasar dari kedua molekul etilena
atau system (2 + 2) apa saja. Karena
fase-fase orbital tidak tepat untuk berikatan, maka sikloadisi [2+2] yang
terimbas-termal dikatakan reaksi
terlarang-semistri ( symmetry-forbidden reaction ). Suatu reaksi
terlarang-simetri dapat terjadi pada beberapa keadaan, tetapi energi
pengaktivannya begitu tinggi, mungkin sangat jauh lebih tinggi dari
reaksi-reaksi lain seperti reaksi-reaksi radikal bebas, sehingga reaksi radikal
bebas ini lebih dulu terjadi.
bila etilena disinari dengan cahaya ultraviolet maka orbital pi akan
terbentuk dari orbital π1 ke π2* dalam bebepa
tetapi tidak semua dari molekul. Jika diamati homo suatu molekul tereksitasi (π2*)
dan lumo. Suatu molekul berkeadaan dasar (π2*)
akan tampak bahwa fase fase telah sesuai untuk berikatan. Reaksi semacam ini
mempunyai energi pengativan yang relatif rendah, dan disebut terizinkan-simetri
(symmetry-allowed). Meskipun sikloetilena
berlangsung dengan rendemen rendah, sikloadisi [ 2+2 ] yang terimbas cahaya
mempunyai terapan sintetik.
b. Sikloadisi [
4+2 ]
Reaksi
diels-alder merupakan sikloadisi [ 4+2 ] yang paling dikenal. Reaksi
diels-alder memerlukan panas bukan cahaya ultraviolet. Kondisi eksperimen ini
berbeda dengan sikloadisi [ 2+2 ]. Akan dibandingkan
antraksi homo-lumo untuk keadaan dasar (untuk suatu reaksi terimbas-termal) dan
antraksi untuk keadaan aksitasi (untuk reaksi terimbas-cahaya). Berdasarkan
pengamatan dan eksperimen akan dijumpai bahwa antraksi-antraksi homo-lumo dari
terimbas-termal bersifat terizinkan-simetri dan antraksi dari reaksi
terimbas-cahaya bersifat telarang-simetri.
Akan digunakan sistem [4+2] sederhana: sikloadisi 1,3-butadiena
(diena-nya) dan etilena (dienofil-nya). Dalam reaksi terimbas-termal, dapat
dibayangkan bahwa elektron pi “mengalir” dari homo (π2) dari diena
ke lumo (π2*) dari dienofil. Reaksi ini bersifat
terizinkan-semitri.
Bila suatu diena
tereksitesi oleh cahaya, homo-nya akan menjadi orbital π3*
dan orbital molekul ini tidak dapat bertumpang-tindih dengan lumo dari
dienofil. Karena itu siklisasi [4+2] terimbas-cahaya bersifat telarang-semitri.
2. Reaksi
Elektrosiklik
Reaksi
elektrosiklik adalah antar-ubahan (interconversion) serempak dari suatu poliena
berkonjugasi dan suatu sikloalkena. Reaksi kebalikannya, yaitu reaksi pembukaan cincin, berlangsung dengan
mekanisme yang sama, tetapi dengan arah berlawanan.
Reaksi elektrsiklik
merupakan reaksi terimbas-termal atau fotokimia:
Salah satu sifat dari reaksi
elektrosiklik bahwa stereokimia dari produknya apakah reaksi itu terimbas
termal atau terimbas cahaya. Misalnya, bila
(2E,4Z)-heksadiena dipanaskan diproleh cis-dimetilsiklobutena. Namun bila diena
disinari dengan cahaya ultaviolet, terbentuk trans-dimetil-siklobutena.
a.
Siklisasi sistem 4n
Suatu poliena berkonjugasi
menghasillkan suatu sikloalkana dengan tumpang tindih ujung ujung dari orbital p-nya dan rehibridisasi secara serempak
atom-atom karbon yang terlibat dalam pembentukan ikatan, seperti 1,3-butadiena
yang mempunyai 4n electron-pi.
Kedua cuping (lobe)
dari masing-masing dari orbital p yang akan membentuk ikatan sigma baru
dalam siklisasi ini dapat bersifat sefase atau berlawanan fase satu terhadap
yang lain:
Untuk membentuk suatu ikatan sigma,
ikatan C-C harus berotasi sedemikian rupa sehingga orbital orbital p dapat
bertumpang tindih ujung ke ujung. Untuk menghasilkan hal tersebut maka ikatan
ikatan pi harus putus. Energi untuk
pemutusan ikatan pi dan rotasi ikatan disediakan oleh panas dari luar
atau cahaya ultraviolet. Suatu ikatatn sigma,
sepasang cuping yang bertumpang tindih harus sefase setelah rotasi.
Terdapat dua cara
yang berlainan agar ikatan-ikatan sigma C-C berotasi untuk mendapatkan posisi
yang tepat untuk menumpang tindihkan orbital p :
1.
Kedua ikatan sigma
C-C dapat berotasi dalam arah yang sama (keduanya searah jarum jam atau
keduanya berlawanan arah dengan jarum jam). Tipe rotasi ini disebut sebagai gerakaan
konrotasi (conrotatory motion)
2.
Kedua ikatan sigma
C-C dapat berotasi dengan arah yang berlainan, satu searah dan yang lain
berlawanan dengan jarum jam. Tipe rotasi ini disebut gerakan disrotasi
(disrotatori mation).
Bila 1,3-butadiena
dipanaskan, rekasi terjadi sejak keadaan dasar. Elektron-elektron yang akan
digunakan untuk membentuk ikatan sigma berada dalam homo (π2). Agar
terbentuk ikatan sigma baru rotasi harus berupa konrotasi.
Dalam siklisasi
terimbas-cahaya, fase-fase orbital p dari homo (π3*)
adalah kebalikan dari fase-fase dalam siklisasi termal oleh karena itu rotasi
terizinkan-simetri berupa disrotasi dan bukan konrotasi.
b.
Stereokimia dari
suatu elektrosiklisasi 4n
[2E,4Z]-heksadien
merupakan cis-dimetilsiklobutena dihasilkan oleh siklisasi termal dari isomer
trans oleh fotosiklisasi.
Dalam gerakan
disrotasi, satu gugus metil berotasi keatas dan yang lain kebawah. Hasilnya
adalah bahwa kedua gugus metil dalam produk adalah trans.
c.
Siklisasi sistem
[4n+2]
1,3,5-heksatriena
menunjukan orbital-orbital π, suatu poliena (4n+2). Dalam homo dari keadaan
dasar (π3), orbital-orbital p yang membentuk ikatan sigma
dalam siklisasi bersifat sefase. Siklisasi termal berlangsung dengan gerakan
dirotasi.
Siklisasi
terimbas-cahaya berlangsung dengan gerakan konrotasi. Reaksi-reaski yang
terizinkan-simetri dari sistem (4n+2) berlawanan dengan reaksi-reaksi dari
1,3-butadiena, suatu sistem 4n.
Reaksi
elektrosiklik terimbas-termal dari [2E,4Z,6Z]-dikatetraena merupakan contoh
elektrosiklik yang sangat bagus. Tetraena merupakan suatu poliena 4n. Bila
siklooktatriena ini dipanaskan pada temperatus yang sedikit lebih tinggi
terjadi penutupan cincin elektrosiklik lain.
3.
Reaksi
Penataan
Ulang Sigmatropik
Penataan Ulang
Sigmatropik ialah geseran intermolekul serempak dari suatu atom atau gugus
atom. Dua contoh Penataan Ulang Sigmatropik :
a.
Klasifikasi
Penataan Ulang Sigmatropik
Penataan Ulang
Sigmatropik dikelompokan berdasarkan sistem penomoran rangkap yang merunjuk
keposisi –posisi relatif atom yang terlibat dalam perpindahan (migrasi). Metode
klasifikasi ini berbeda dari metode untuk sikloadisi atau reaksi elektrosiklik
yang dikelompokan berdasarkan banyaknya elektron π yang terlibat dalam keadaan
transisi siklik.
Pengelompokan
reaksi sigmatropik paling tepat
dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
b.
Mekanisme Penataan
Ulang Sigmatropik
Penataan ulang
sigmatropik tipe [1,3] agak jarang sedangkan penataan ulang sigmatropik [1,5] cukup
lazim. Perhatikan penataan ulang sigmatropik terimbas-termal berikut ini, yang
merupakan geseran [1,3]:
Produk-produk
pemaksapisahan hepotetis ini berupa sebuah atom hidrogen dan sebuah radikal
alil, yang mengandung tiga elektron pi dan karena itu tiga orbital molekul π.
Geseran dari H
radikal dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah. Sebaliknya geseran
sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi, contohnya
Geseran dari H* dapat
berlangsung dalam salah satu dari dua arah. Pertama, gugus berpindah dapat
tetap pada satu sisi dari sistem orbital π, proses perpindahan ini disebut proses
suprafasial (suprafacial process). Suatu perpindahan suprafasial dimungkinkan
secara geometris, namun terlarang simetri.
Perpindahan kedua, suatu pergeseran
sigmatropik [1,3] yang terizinkan simetri berlangsung, gugus berpindah (dalam
hal ini H*) harus bergeser dengan proses antarafasial (antara facial
process)—yakni, gugus itu harus berpindah ke muka bersebrangan dari sistem
orbital.
Terizinkan simetri tetapi secara
geometri sukar
Sementara terizinkan simetri, suatu
penataan ulang sigmatropik antarfasial [1,3] dari H tidak disukai secara
geometris sehingga pergeseran sigmatropik antarfasial [1,3] tidak mudah terjadi.
Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi.
Jika diandaikan suatu
pemaksapisahan ikatan homolitik untuk maksud analisis maka harus diperiksa
orbital-orbital molekul π dari suatu radikal pentadienil yang mengandung lima
elektron pi.
Jika HOMO dari radikal ini dan
simetri orbitalnya diperiksa, akan terlihat bahwa geseran [1,5] bersifat terizinkan
simetri dan suprafasial. Geseran suprafasial [1,5] bersifat terizinkan simetri yaitu:
REFEENSI:
Amanatie. 2003. Buku Pegangan Mahasiswa Kimia Organik Fisik. Yogyakarta : UNY Press.
Carey, F.A. 2000. Organic Chemistry fourth Edition. Boston : Mc Graw Hills Companies.
Fessenden, R.J dan J.S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
PERMASALAHAN:
1.
Pada reaksi Diels-Alder biasanya
terdapat istilah produk ekso dan produk endo. Istilah ini mengacu pada hubungan
antara gugus penarik elektron dan dienofil terhadap ikatan rangkap pada cincin
sikloheksena yang baru terbentuk. Jelaskan hubungan produk ekso dan endo
tersebut dengan kestabilan kinetik dan termodinamik!
2.
Jelaskan pengaruh substituent pada diena
konjugasi terhadap reaktivitas diena dalam reaksi Diels-Alder, Serta jelaskan faktor yang
mempengaruhi cepat lambatnya reaksi diels alder tersebut!
3. Jelaskan cara pembentukan ikatan sigma C-C dari proses
siklisasi sistem 4n dari reaksi elektrosiklik berdasarkan gambar berikut: